Makna Kitab Kuning Fathul Qorib (Fathul Qarib) Terjemahan

Qashar Shalat Untuk Musafir


Fasal yang menjelaskan tentang kebolehan mengqashar dan jama’ sholat bagi musafir ini, bisa sambil dimutholaah kitabnya di halaman 17 ya.

وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ

Diperbolehkan bagi musafir, yakni orang yang sedang bepergian

قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ

mengqashar sholat yang empat rakaat, bukan yang lainnya yaitu sholat dua rakaat dan tiga rakaat. Diperkenankan mengqashar sholat

بِخَمْسِ شَرَائِطَ

dengan lima syarat. Yang pertama

أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ

perjalanan yang dilakukannya

فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَةٍ

bukan maksiat. Yakni meliputi perjalanan yang wajib seumpama untuk melunasi hutang, perjalanan yang sunat seumpama buat silaturrahmi dan perjalanan mubah seperti perjalanan untuk berdagang.

Adapun perjalanan maksiat seperti perjalanan untuk membegal, maka tidak ada kemurahan melakukan qashar sholat dan jama’. Kedua,

أَنْ تَكُوْنَ مَسَافَتُهُ

jarak perjalanannya

سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا

mencapai 16 farsakh dengan pasti berdasar pendapat yag lebih shahih. Dan jarak yang dilalui ketika kembali pulang tidaklah dihitung.

Satu farsakh adalah tiga mil. Dengan demikian, maka jumlah seluruh farsakh di atas ialah 48 mil. Satu mil ialah empat ribu langkah kaki. Dan satu langkah sama dengan tiga telapak kaki. Yang dimaksud dengan mil ialah ukuran mil keturuan Bani Hasyim. Ketiga,

 مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ أَنْ يَكُوْنَ

yang mengerjakan qashar ialah orang yang melakukan sholat ada berjenis 4 rokaat.

Adapun sholat yang tertinggal ketika masih di rumah, maka tidak diperbolehkan diqodlo  dengan cara qashar saat melakukan perjalanan. Sementara sholat yang tertinggal di perjalanan, maka diperkenankan diqodlo dengan cara diqoshor saat melakukan perjalanan, tidak diqadla’ di rumah. Ke empat,

الْقَصْرَ أَنْ يَنْوِيَ

Si musafir niat melakukan qashar

مَعَ الْإِحْرَامِ

beserta takbiratul ihram sholat tersebut. Ke lima,

أَنْ لَا يَأْتَمَّ

orang yang mengerjakan qoshor sholat tidak boleh makmum di dalam sebagian sholatnya

بِمُقِيْمٍ

kepada orang muqim, yakni orang yang mengerjakan sholat dengan cara sempurna. Penafsiran seperti ini supaya mencakup pada seorang musafir yang mengerjakan sholat secara sempurna.

وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ

Diperkenankan untuk seorang musafir yang mengerjakan perjalanan jauh yang hukumnya,

الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ

menjamak antara sholat zhuhur dan Ashar, dengan cara jama taqdim dan jama takhir. Dan ini adalah makna perkataan mushannif,

فِيْ وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

“di waktu manapun yang ia kehendaki”.

وَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

Dan menjama’ antara sholat Maghrib dan Isya’  dengan jama’ taqdim dan jama’ ta’khir. Dan ini adalah makna ungkapan mushannif,

فِيْ وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

Qashar Shalat Untuk Musafir

Syarat-syarat jama’ taqdim ada tiga. Yang pertama, di mulai dengan melakukan sholat Dhuhur sebelum sholat Ashar, dan dengan sholat Maghrib sebelum sholat Isya’.

Seandainya dia membalik, seperti memulai dengan sholat Ashar sebelum melakukan sholat Dhuhur, maka tidak sah dan dia harus mengulangi sholat Ashar setelah melakukan sholat Dhuhur jika ingin melakukan sholat jama’.

Kedua, melakukan niat jama’ di permulaan sholat yang pertama, yaitu membarengkan niat jama’ dengan takbiratul ihramnya.

Sehingga tidak cukup jika mendahulukan niat jama’ sebelum takbiratul ihram dan mengakhirkan hingga setelah melakukan salam dari sholat yang pertama. Namun diperkenankan melakukan niat jama’ di pertengahan sholat pertama menurut pendapat al azhhar.

Ke tiga, muwallah (terus menerus) antara pelaksanaan sholat pertama dan sholat yang kedua, dengan arti tidak ada pemisah yang relatif lama di antara keduannya.

Jika ada pemisah yang relatif panjang/lama, walaupun sebab udzur seperti tidur, maka wajib menunda pelaksanaan sholat ke dua hingga masuk waktunya. Pemisah yang relatif sebentar / pendek tidak berpengaruh di dalam muwallah antara dua sholat tersebut.

Adapun jama’ ta’khir, maka di dalam pelaksanaannya wajib untuk niat jama’ dan niat tersebut harus dilakukan di dalam waktunya sholat yang pertama.

Boleh mengakhirkan niat hingga waktu sholat yang pertama masih tersisa masa yang seandainya sholat tersebut dilakukan saat itu niscaya akan menjadi sholat ada’.

Di dalam jama’ ta’khir tidak wajib melaksanakan secara tertib, muwallah dan tidak harus niat jama’, menurut pendapat ash shahih di dalam tiga hal ini.

وَيَجُوْزُ لِلْحَاضِرِ

Diperkenankan bagi orang yang muqim

  الْمَطَرِ فِيْ

Di waktu hujan,

أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا

melakukan sholat jama’ antara keduanya, maksudnya antara sholat Dhuhur dan Ashar, dan antara sholat Maghirb dan Isya’, tidak di waktu sholat yang kedua, tetapi

فِيْ وَقْتِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا

di waktu sholat yang pertama dari keduanya, jika air hujan bisa membasahi pakaian bagian teratas dan bagian sandal yang paling bawah, dan juga memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di dalam sholat jama’ taqdim.

Juga disyaratkan harus turun hujan saat permulaan melakukan dua sholat tersebut. Tidak cukup hanya turun hujan di pertengahan sholat pertama dari keduanya.

Juga disyaratkan harus turun hujan saat melakukan salam dari sholat yang pertama, baik setelah itu hujan terus turun ataupun tidak.

Kemurahan melakukan jama’ sebab hujan hanya tertentu bagi orang yang sholat berjama’ah di masjid atau tempat-tempat sholat berjama’ah lainnya yang jaraknya jauh menurut ukuran ‘urf, dan ia merasa berat / kesulitan untuk berangkat ke masjid atau tempat-tempat sholat berjamaah lainnya sebab kehujanan di perjalanannya.

Fasal selanjutnya tentang syarat wajib sholat jumat.


BACA JUGA : 7 Rekomendasi Kitab Fathul Qorib


Tag : Bab Sholat
0 Komentar untuk "Qashar Shalat Untuk Musafir"

Back To Top